GAMBARAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2004-2011 & 2012-2016
Prospek dan peluang bisnis properti tidak bisa dipisahkan dengan prospek ekonomi Indonesia di masa mendatang. Pengalaman historis memberikan indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki korelasi sangat erat dengan pertumbuhan permintaan properti, dalam hal ini bangunan gedung hotel.
Sebelum krisis keuangan global, Indonesia sedang mengalami pertumbuhan ekonomi cukup baik di atas 6% per tahun (2007 – 2008). Kemudian pada saat mulai terjadi krisis global di awal tahun 2009, ekonomi Indonesia mengalami penurunan hingga laju pertumbuhannya hanya 4% meski tidak separah negara-negara Asia lainnya yang turun menjadi minus 2% hingga 6%. Berbagai usaha dilakukan pemerintah, terutama dukungan paket stimulus serta penurunan suku bunga secara konsisten serta ditopang oleh konsumsi domestik yang tinggi, pada kuartal tiga ekonomi Indonesia tumbuh menjadi 4,2% dan di akhir tahun 2009 meningkat lagi jadi 4,5%. Selanjutnya Pemerintah memprediksi bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh menjadi 5,5% di akhir tahun 2010 dan terus meningkat hingga di atas 7% di akhir tahun 2014.
Optimisme tersebut ternyata telah memberikan dorongan positif terhadap para pengembang terbukti banyak developer yang melanjutkan proyek propertinya termasuk pembangunan hotel yang sempat tertunda karena diterpa krisis global.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia & Outlook Perekonomian Indonesia 2012, Pertumbuhan Di Tengah Badai Krisis
Laju pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan cara membandingkan nilai PDB (Produk Domestik Bruto) tahun sekarang dengan tahun-tahun sebelumnya. PDB adalah merupakan nilai akumulasi seluruh kegiatan ekonomi selama satu tahun. Untuk mendapatkan gambaran pertumbuhan ekonomi akan dikemukakan perkembangan nilai PDB atas dasar harga konstan selama beberapa tahun belakangan.
Pertumbuhan perekonomian Indonesia dalam lima tahun belakangan ini, meskipun berfluktuasi namun memperlihatkan adanya peningkatan, pada tahun 2004 tercatat PDB sebesar Rp. 1.656.516,8 milyar, kemudian meningkat menjadi Rp. 1.750.815,2 milyar di tahun 2005 dengan peningkatan sebesar 5,7%. Pada tahun 2006 nilai PDB menjadi Rp. 1.847.126,7 miliar pertumbuhannya menurun 0,20% dari tahun sebelumnya atau pertumbuhan sebesar 5,5%. Kemudian dua tahun berikutnya terjadi peningkatan menjadi 6,28% (Rp. 1.963.091,8 miliar) pada tahun 2007 serta 6,7% (Rp. 2.082.103,7 miliar) di tahun 2008. Memasuki awal tahun 2009 terjadi krisis keuangan global, dampaknya laju pertumbuhan ekonomi turun signifikan hingga menjadi 4,00% (Rp. 1.998.819,6 miliar) dan sempat membuat stagnasi berbagai kegiatan perekonomian nasional khususnya bagi sektor properti, banyak pengembang menunda pembangunan propertinya. Untuk jelasnya mengenai perkembangan ekonomi nasional dapat dilihat pada tabel berikut.
Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 2004 sampai tahun 2009 masih positif rata-rata sebesar 5,51% per tahun dan diprediksi Pemerintah akan mencapai di atas 7,00% di tahun 2014 mendatang, memberikan petunjuk bahwa prospek dan peluang bisnis bidang perhotelan pun akan lebih baik.
Tabel
Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode
Tahun 2004-2009
Tahun |
Produk Domestik Bruto (Rp. Milyar) |
Pertumbuhan (%) |
---|---|---|
2004 |
1.656.516,8 |
|
2005 |
1.750.815,2 |
5,70 |
2006 |
1.847.126,7 |
5.50 |
2007 |
1.963.091,8 |
6,28 |
2008 |
2.082.103,7 |
6,07 |
2009 |
1.998.819,6 |
4,00 |
Rata - rata |
5,51 |
|
2010 |
Prediksi Pemerintah RI |
5,50 |
2011 |
Prediksi Pemerintah RI |
7,00 |
- Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010.
Outlook Perekonomian Indonesia 2012
Ketidakpastian ekonomi global masih mengkhawatirkan hingga tahun depan, akan tetapi perekonomian Indonesia masih mampu bertahan terhadap resesi ekonomi global. Komite Ekonomi Nasional (KEN) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 akan tumbuh pada kisaran 6,3% - 6,7%. Dengan pertumbuhan tersebut total output perekonomian Indonesia di tahun 2012 mencapai sekitar 8375 triliun rupiah (batas bawah) atau sekitar 946 milyar dolar (dengan menggunakan asumsi nilai tukar 8850 rupiah/dolar). Prediksi selanjutnya, belanja rumah tangga diperkirakan akan tetap kuat berkisar 4,7% - 5,1 % pada tahun 2012. Hal ini didukung oleh inflasi yang diperkirakan akan terus terkendali dan suku bunga pinjaman yang diperkirakan akan tetap rendah sehingga daya beli masyarakat akan konsumsi barang&jasa akan masih terkendali di tahun 2012. Peningkatan pertumbuhan ekonomi seharusnya sejalan dengan optimalisasi penyerapan anggaran pemerintah untuk kepentingan kemakmuran masyarakat seperti pembangunan infrastruktur. Namun, Komite Ekonomi Nasional memprediksi belanja pemerintah akan mengalami peningkatan berkisar 7,5%- 8,0% yang diharapkan peningkatan expenditure tersebut dimanfaatkan untuk proyek pembangunan infrastruktur yang belum merata di seluruh Indonesia. Selain itu, angka kemiskinan diproyeksikan tahun 2012 akan mengalami penurunan sekitar 11,29% dari total penduduk atau sekitar 28,23 juta jiwa.
Disisi lain, melambatnya aktivitas perekonomian dunia mengakibatkan semakin menunda ekspansi bisnis Indonesia ke kancah internasional. Aktivitas investor asing di Indonesia pun diperkirakan akan sedikit menurun karena perekonomian beberapa negara investor asing juga diperkirakan akan melambat. Suku bunga Indonesia juga diperkirakan akan tetap rendah pada tahun 2012, karena rendahnya suku bunga tersebut penompang pertumbuhan investasi di tahun mendatang. Sehingga hal tersebut, diperkirakan investasi akan tumbuh dengan laju pada kisaran 6,8% - 7,2% di tahun 2012 sedikit lebih rendah dari pertumbuhan investasi di tahun 2011 sebesar 7,8 persen. Selain itu, karena masih melambat aktivitas perekonomian global mengakibatkan ekspor Indonesia diperkirakan akan melambat pada tahun 2012, walaupun akan tetap tumbuh dengan signifikan dengan laju pertumbuhan 9,8% - 10,3%. Sehingga permintaan komoditas Indonesia di pasar dunia juga mengalami perlambatan di tahun mendatang.
PDB RI Akan Tumbuh Tertinggi Di Asean 2012-2016 Dan Dibandingkan AS,
Euro Zone, UE-27 & OECD 2011-2012
Organisasi Kerjasama Ekonomi Dan Pembangunan (OECD) memprediksi Indonesia akan meraih pertumbuhan produk domestic bruto (PDB) tertinggi di antara enam negara utama di Asean pada periode 2012-2016. Ekonomi Indonesia akan tumbuh 6,6% rata-rata, diatas rata-rata enam negara Asean yang sebesar 5,6%.
Tabel
Outlook Ekonomi Asia Tenggara (Pertumbuhan PDB riil,%yoy)
Periode Tahun 2010-2016
Negara |
2010 |
2011 |
2016 |
Rata-rata 2003-2007 |
Rata-rata 2012-2016 |
---|---|---|---|---|---|
|
|
|
|
|
|
Indonesia |
6,1 |
6,3 |
6,9 |
5,5 |
6,6 |
Malaysia |
7,2 |
4,6 |
5,6 |
6,0 |
5,3 |
Filipina |
7,3 |
4,5 |
5,1 |
5,7 |
4,9 |
Singapura |
14,5 |
5,6 |
4,8 |
7,5 |
4,6 |
Thailand |
7,8 |
2,5 |
4,9 |
5,6 |
4,5 |
Vietnam |
6,8 |
5,9 |
6,7 |
8,1 |
6,3 |
|
|
|
|
|
|
Rata-rata |
7,6 |
5,0 |
5,9 |
6,1 |
5,6 |
- Sumber : OECD.
Sementara itu, Indonesia juga dinilai cukup kuat menahan imbas krisis utang di Uni Eropa dan Amerika Serikat. PDB Indonesia pada tahun 2011 & 2012 masih jauh lebih tinggi dibandingkan PDB Negara Amerika Serikat (AS), Euro Zone, UE-27 dan OECD. Nampak PDB Indonesia tahun 2011 diprediksi mencapai 6,3% dan 2012 mencapai 6,1%. Sementara PDB Negara AS 1,7% (2011) & 2,0% (2012), Euro Zone 1,5% (2011) & 0,5% (2012), UE-27 sebesar 1,6% (2011) & 0,6% (2012), dan OECD 1,9% (2011) & 1,6% (2012).
Tabel
Indikator Makro Ekonomi Indonesia & Negara Besar
Yang Terkena Dampak Krisis, Periode Tahun 2011-2012
Negara/ Ekonomi |
PDB (riil, % yoy) |
Rasio Utang (% PDB) |
Defisit Fiskal (% PDB) |
|||
---|---|---|---|---|---|---|
2011 |
2012 |
2011 |
2012 |
2011 |
2012 |
|
|
|
|
|
|
|
|
AS |
1,7 |
2,0 |
102 |
106 |
-10 |
-9,3 |
Euro Zone |
1,5 |
0,5 |
88 |
90,4 |
-4,1 |
-3,4 |
UE-27 |
1,6 |
0,6 |
82,5 |
84,9 |
-4,7 |
-3,9 |
OECD |
1,9 |
1,6 |
102 |
105 |
-6,6 |
-5,9 |
Indonesia |
6,3 |
6,1 |
25 |
24 |
-2,1 |
-1,5 |
|
|
|
|
|
|
|
- Sumber : OECD.Economic Outlook Nop.2011, Komisi Eropa
Perkembangan Investasi (PMDN/PMA)
Minat investasi, dalam hal ini PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan PMA (Penanaman Modal Asing) 10 tahun belakangan ini dinilai cukup bergairah; walaupun menurut catatan izin investasi yang dipublikasikan BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) melalui BPN (Badan Statistik Nasional) pada tahun 2000 ada 300 proyek investasi PMDN dengan nilai Rp. 22.038,0 miliar. Namun tahun 2009 menurun jadi 248 proyek dengan nilaiRp. 37.799,8 miliar. Dilihat dari jumlah proyeknya terjadi penurunan rata-rata -1,18% per tahun, sedangkan berdasarkan nilai proyeknya terjadi peningkatan rata-rata Rp.163,99 miliar per tahun.
Hal tersebut memberikan indikasi bahwa perkembangan investasi di Indonesia selama periode tahun 2000 – 2009 dengan adanya peningkatan nilai investasi dinilai masih cukup baik, padahal di pertengahan tahun 2008 – 2009 terjadi gelombang krisis keuangan global, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel
Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri dan Modal Asing di Indonesia
Tahun 2000 - 2009
Tahun |
PMDN |
PMA |
||
---|---|---|---|---|
Jumlah Proyek |
Investasi (Rp. miliar) |
Jumlah Proyek |
Investasi (US$. Juta) |
|
2000 |
300 |
22.038,0 |
638 |
9.877,4 |
2001 |
160 |
9.890,8 |
454 |
3.509,4 |
2002 |
108 |
12.500,0 |
442 |
3.082,6 |
2003 |
120 |
12.247,0 |
569 |
5.445,3 |
2004 |
130 |
15.409,4 |
548 |
4.572,7 |
2005 |
215 |
30.724,2 |
907 |
8.911,0 |
2006 |
162 |
20.649,0 |
869 |
5.991,7 |
2007 |
159 |
34.878,7 |
982 |
10.341,4 |
2008 |
239 |
20.363,4 |
1.138 |
14.871,4 |
2009 |
248 |
37.799,8 |
1.221 |
10.815,2 |
- Sumber : - BKPM, BPN, Jakarta, Tahun 2009
Catatan : PMDN & PMA tersebut di atas adalah di luar investasi sektor Minyak & Gas Bumi, Perbankan, Lembaga Keuangan non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, Pertambangan Dalam Rangka Kontrak Karya, Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara, Investasi Yang Perizinannya Dikeluarkan Oleh Instansi Teknis/sektor, Investasi Porto Folio (Pasar Modal) dan Investasi Rumah Tangga.
Dilihat berdasarkan peringkat persetujuan fasilitas keringanan bea masuk barang modal menurut lokasi, selama tahun 2009 untuk PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) propinsi Sumatera Selatan masuk peringkat satu yaitu mencakup 6 proyek dengan nilai investasi sekitar Rp. 104,6 miliar atau 17,9% dari seluruh PMDN, sedangkan peringkat akhir ada di propinsi Irian Jaya Barat dan Papua masing-masing hanya 1 proyek dengan nilai investasi Rp. 0,5 miliar atau 0,1% dari seluruh PMDN.
Untuk PMA (Penanaman Modal Asing) peringkat pertama ada di propinsi Kalimantan Timur sebanyak 10 proyek dengan nilai investasi Rp. 1.146,6 miliar atau sekitar 46,8% dari seluruh nilai investasi PMA. Peringkat terkecil ada di propinsi Sumatera Barat yaitu 1 proyek dengan nilai investasi Rp. 0,2 miliar atau sekitar 0,0% dari seluruh nilai PMA.
Propinsi Jawa Barat tempat Bodetabek berada masuk dalam peringkat 9 dengan 12 proyek dan nilai investasi Rp. 22,1 miliar atau sekitar 3,9% dari seluruh PMDN. Adapun DKI Jakarta berada pada peringkat 13 dengan 10 proyek nilai investasi sebesar Rp. 13,8 miliar atau sekitar 2,4% dari seluruh PMDN. Sedangkan untuk PMA, DKI Jakarta masuk peringkat 5 dengan 19 proyek, nilai investasi Rp. 135,5 miliar atau 5,5% dari seluruh PMA. Propinsi Jawa Barat tercatat masuk peringkat ke 29, besar nilai proyek Rp. 55,7 miliar atau sebesar 2,3% dari seluruh PMA di Indonesia.
Berdasarkan data-data tersebut diatas, mengenai rata-rata laju pertumbuhan ekonomi periode tahun 2004 – 2009 sebesar 5,5% per tahun, kontribusi sektor industri kontruksi selama tahun 2005 – 2009 sebesar 6,03% per tahun serta perkembangan PMA dan PMDN dengan nilai investasinya yang cenderung meningkat, maka dapat diperkirakan bahwa prospek perekonomian di Indonesia pada tahun mendatang masih cukup baik dan dapat mendukung perkembangan bisnis perikanan laut di masa mendatang.
Kondisi Ekonomi Indonesia 2012 Diproyeksi Solid, dan Tumbuh Hingga 6,7 Persen
Kondisi perekonomian global pada tahun 2011 menunjukkan kondisi yang penuh ketidakpastian. Hal tersebut dapat berakibat negatif pada kondisi perbankan di berbagai negara, selain juga memiliki dampak terhadap meningkatnya resiko kondisi perekonomian di masa yang akan datang. Walaupun demikian, kondisi buruk tidak terjadi di Indonesia. Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu mencapai 6,5 persen. Hal ini juga seiring dengan kondisi perbankan di Indonesia yang cukup baik.
“Berbagai kondisi kondusif tersebut tidak terlepas dari kebijakan Bank Indonesia dan koordinasi yang dilakukan dengan pemerintah,” ujar Kepala Biro Pengaturan Bank- Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan (DPNP) Bank Indonesia, Irwan Lubis, saat menjadi Keynote Speaker dalam One Day Seminar “Global Crisis and Resistance of Indonesian Banking”. Acara ini digelar oleh Himpunan Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unpad di Grha Sanusi Hardjadinata, kampus Unpad, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung, Kamis (16/02).
Sementara Direktur Institutional Banking Bank Mandiri, Abdul Rachman mengatakan bahwa ketidakpastian global yang terjadi saat ini lebih kompleks dibandingkan dengan krisis global yang terjadi pada tahun 2008. Hingga saat ini, kondisi perekonomian masih tidak menentu dan masih akan berlangsung dalam beberapa waktu mendatang. Krisis perekonomian yang mulanya terjadi di Yunani ini sudah kian menyebar ke beberapa negara di Eropa, seperti Spanyol, Italia, Portugal, dan Perancis, yang terlihat dari meningkatnya biaya pinjaman dari negara-negara tersebut.
Namun demikian, senada dengan Irwan, Abdul Rachman juga mengatakan bahwa di tengah ancaman krisis global, perekonomian Indonesia memiliki kondisi yang baik. Kondisi Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 bahkan diproyeksikan solid, dan memiliki peningkatan hingga 6,7 persen. Menurutnya, hal ini besar dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi domestik. “Ekonomi domestik tumbuh karena porsi ekonomi kita yang bergantung pada ekspor relatif kecil,” ungkapnya.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 juga didorong karena diakuinya perekonomian Indonesia oleh negara-negara berkembang. Beberapa negara berkembang menganggap bahwa Indonesia sudah dapat mengelola ekonominya dengan baik. Optimisme prospek perekonomian tahun 2012 juga didorong adanya peningkatan rating Indonesia yang masuk ke level investment grade. Dengan demikian, beberapa negara berkembang sudah menunjukkan rasa percaya yang tinggi untuk menginvestasikan dananya di Indonesia.
“Hal ini akan berdampak positif. Misalnya perusahaan multinasional akan melakukan investasi jangka panjang. Selain supply uang akan meningkat, job opportunity juga akan meningkat,” tutur Abdul Rachman.
Seiring dengan hal tersebut, kondisi perbankan nasional juga sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari sisi aset, penyaluran kredit, rasio permodalan, dan kualitas kredit perbankan di Indonesia. Kedepannya, kinerja perbankan nasional akan tetap solid karena didukung oleh beberapa hal, yakni kebutuhan pembiayaan yang terus meningkat dan kualitas fundamental sektor perbankan nasional yang berada dalam kondisi yang baik.
Bank Asing: Ekonomi Indonesia Menakjubkan
Skala ekonomi Indonesia telah mencapai US$ 510 miliar – dua kali lipat dari Thailand.
Meski memiliki sumber energi dan komoditas yang besar, satu dasawarsa lalu investor asing masih enggan masuk ke Indonesia. Korupsi dan pasar domestik yang kecil membuat investor tak mau berpaling. Tapi itu dulu, kini asing berpaling. Ekonomi Indonesia saat ini dianggap menakjubkan.
Indonesia dianggap telah mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Ini tercermin dari persepsi investor yang secara umum telah melihat korupsi tidak lagi merupakan masalah utama yang dihadapi Indonesia. Demikian pula persepsi asing terhadap pasar domestik Indonesia.
"Skala ekonomi Indonesia sangat menakjubkan," demikian laporan khusus Standard Chartered Bank yang bertajuk 'Indonesia, Bangkitnya Sumber Pertumbuhan Ekonomi Asia', Kamis 15 Oktober 2009.
Laporan itu disusun Group Head of Global Research SCB di Inggris, Gerard Lyons, Senior Economist SCB Indonesia Fauzi Ichsan, ekonom Eric Sugandi, Regional Head of Rates Strategy SCB Singapore Lee Wee Kok, dan Senior FX Strategist SCB Singapore Thomas Harr. Fauzi Ichsan merupakan penulis utama laporan ini.
Bagaimana ekonomi Indonesia bisa dibilang menakjubkan? Ini terlihat dari jumlah penduduknya yang mencapai 228 juta orang, dan menjadikan negara dengan populasi keempat terbesar di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat.
Jumlah kelas menengah di Indonesia juga cukup besar, diperkirakan sekitar 26 juta orang, dan terus tumbuh dengan cepat. Indonesia memiliki rasio permintaan domestik terhadap PDB yang tinggi. "Dan layak untuk menikmati laju pertumbuhan antara 4-5 persen tahun ini dan tahun depan, dan akan naik ke 6 persen di tahun 2011."
Dengan pertumbuhan yang berkesinambungan, skala ekonomi Indonesia telah mencapai US$ 510 miliar – enam kali lipat dari ekonomi Vietnam, dan dua kali lipat dari ekonomi Thailand.
Namun yang masih disayangkan, Indonesia masih termasuk negara berkembang dengan jumlah penduduk miskin yang besar. Menurut Bank Pembangunan Asia (ADB), PDB per kapita Indonesia di tahun 2007 mencapai US$ 1.650, sementara India berada pada level US$ 950, dan Cina di level US$ 2.360.